KEDATANGAN SUSTER URSULIN DI SURABAYA, 7 WANITA YANG TIDAK KENAL TAKUT

Riwayat 7 Suster itu mulai di biara di Sittard dan Venray di Nederland. Suster Louise Seorang Suster muda yang bernama Louise Melanie Demarteau dengan 6 Suster lain berangkat dari pelabuhan Hellevoetsluis dekat Roterdam pada tanggal 24 Oktober 1857. Mereka rombongan Suster yang kedua yang berani berangkat ke pulau-pulau Nusantara nan jauh. Selama 6 bulan lamanya kapal layar mengarungi lautan dan berlaga dengan ombak yang setinggi langit. Sering mereka dalam bahaya karam.


Berkat doa para Suster di Nederland dan perlindungan Tuhan, kapal itu berlabuh di Tanjung Priuk pada tanggal 6 -4-1858. Walaupun Suster Louise dan teman-temannya amat letih, namun mereka tidak kenal cape dan mereka segera mulai dengan tugasnya sebagai guru di biara pertama di bumi Indonesia ini.

Biara Ursulin pertama adalah Noordwyk 29,di Batavia, (sekarang Juanda). Tahun 1863 membawa perubahan besar bagi Suster Louise dan beberapa temannya, yaitu perpindahan ke Surabaya. Dua Romo Jesuiet dari Surabaya, Romo van den Elzen dan Romo J.B. Palicks melihat betapa besarnya jasa para Ursulin terhadap umat Katolik di Batavia. Maka mereka ingin sekali supaya Suster itu juga datang ke Surabaya. Mereka berusaha sedapat mungkin dan terus mendesak pemimpin biara di Noordwyk dan Weltevreden (Jalan Pos). Akhirnya dua Rama itu berhasil juga. Lihat Foto 2. Perpindahan Suster Louise dan kawan-kawannya ke Surabaya 3 Oktober 1863.


Pada tanggal 3 Oktober 1863 kapal layar “Zephir” siap berlayar ke Surabaya. Di antara penumpang-penumpang ada lima Suster Ursulin yang dengan hati berdebar. menuju ke kota Surabaya yang jauh itu. Dengan kapal layar, lebih dari 10 hari perjalannan itu berlangsung. Akhirnya pada tanggal 14 Oktober 1863, mereka tiba di Tanjung Perak, sesudah berlayar 11 hari.


Nama lima Suster itu patut dicatat dalam buku Sejarah Ursulin di kawasan Nusantara ini. Inilah nama mereka :
* Suster Louise (Marie Melanie Demarteau, 1834 – 1890)
* Suster Euphrasie (Maria Helena Elisabeth Webb, 1830 – 1883)
* Suster Alphonse (Maria Margaretha Henriette Portmans, 1818 – 1868)
* Suster Augustine (Fransisca Johanna Philipsen, 1841 – 1924)
.* Suster Marie (Hubertina Elisabeth Geraedts, 1817 – 1890)


Perlu ditambah disini, bahwa Suster Augustine dan Suster Alphonse baru tiba dari Eropa dengan kapal Zephir pada tanggal 21 September 1863. Tiga Suster lain “direlakan oleh biara Noordwyk dan Weltevreden. Tanggal 14 Oktober 1863, bagi Suster Ursulin di Surabaya,suatu hari yang bersejarah. Pada tanggal 14 Oktober 1863 Rama van den Elzen mengantar dengan resmi 5 Suster itu dari kapal kerumahnya yang pertama di kota ini, di Jalan Krembangan.


Rumah itu diberi kepada Romo van den Elzen oleh seorang protestan. Rumah itu sudah disiapkan oleh beberapa wanita Katolik dengan perabot yang beraneka warna ! Jalan Krembangan masih ada sampai hari ini, tapi rumah itu tidak kami temukan. Rumah di Jalan Krembangan hanya merupakan “pied a terre” dipakai sementara saja karena terlalukecil.


Tidak lama kemudian Rama van den Elzen mendengar bahwa Hotel “Commerce” akan dijual karena pemilik ingin pulang kenegerinya. Dengan segala daya upaya para Suster dan Rama berusaha membeli Hotel itu,yangsangat cocok dengan rencana mereka. Harganya 40.000 Gulden ! Letaknya dekat gereja, lingkungannya baik dan tenang dan kebunnya bagus dan besar.

Dengan perubahan sedikit saja, gedung itu sudah siap dipakai untuk Kapel, refter, serambi dan tempat pribadi untuk 15 Suster. Tambah lagi beberapa ruang besar yang dapat digunakan sebagai ruang kelas, cukup tempat untuk 150 anak. Suatu tembok mengelilingi seluruh kompleks itu. Tetapi 40.000 Gulden.

Pada zaman itu suatu jumlah yang luar biasa besarnya, padahal Suster-suster Ursulin baru datang. Tidak punya apa-apa. Rama bertindak lagi. Dengan susah payah sebagian dari jumlah uang itu dapat dikumpulkannya. Umat Katolik tidak ketinggalan, dua biara di Batavia juga membantu dan akhirnya dengan hati lega, dan puji syukur kepada Tuhan, hotel “Commerce” itu dapat dibelinya juga.

Dengan segera para Suster pindah dari Jalan Krembangan ke bekas Hotel itu, yang terletak di Donkersteeg, juga disebut “Tempel straat”, karena ada Klenteng besar. Sekarang daerah itu terkenal dengan nama Kepanjen. Selanjutnya biara Ursulin pertama di Surabaya akan disebut “Kepanjen” saja seperti lazim sampai hari ini.

Sebelum pindah ke Surabaya, Suster Louise telah menjadi guru di Noordwyk dan Assitente dari Suster Ursule, pemimpin biara itu. Ia ditunjuk oleh Mgr. Vranken sebagai pemimpin di Surabaya Kepanjen, dan Ia menjalankan tugas itu sampai tanggal 14 April 1890. Suster Louise Demarteau lahir di Nederland, di kota St Truiden, 24 Juni 1834. Ia diterima di Ordo Ursulin 14 April 1853. Ia berangkat ke Batavia 24 Oktober 1857 dengan beberapa Suster lain.